Fenomena Mengemis Jadi Bisnis

Buat Info - Fenomena Mengemis Jadi Bisnis

Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya di negeri ini semakin menghawatirkan sekali. Kanapa tidak, karena dengan semakin pesatnya populasi penduduk, maka angka pengangguran akan semakin memperpanjang gerbong kemiskinan di Indonesia. Dari hasil sensus kependudukan, diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup daerah perkotaan dan pedesaan. Dan angka pengangguran yang tercatat oleh BPS sebanyak 7,45 juta.

Tidak liniernya angka pertumbuhan dengan ketersediaan lowongan kerja. Serta melambatnya perekonomian di Indonesia, mengakibatkan jumlah pengangguran dalam Negeri bertambah. Sehingga dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup, menjadikan sebagian orang harus mengais rupiah dengan cara mengemis.

Mengemis dan Bisnis

Mengemis adalah salah satu cara yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Aktifitas mengemis atau meminta-minta biasanya mereka lakukan di tempat yang ramai, seperti jalan-jalan sekitar lampu merah, pasar, bahkan di tempat beribadatan sekalipun yang menurut mereka strategis juga dijadikan lahan untuk mendapatkan rupiah. Hanya saja oleh sebagian orang, mengemis pada saat ini dijadikan ajang bisnis untuk memperkaya diri. Dimana mulanya mengemis hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup semata, kini berubah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Bahkan tidak sedikit dari masyarakat yang hidupnya terbilang berkecukupan juga menyelami bisnis serupa karena hanya dengan bermodalkan baju compang-camping dan wajah memelas mereka sudah bisa menadapatkan rupiah tanpa harus bekerja keras.

Bisnis dengan kedok mengemis ini biasanya dilakukan secara terorganisir. Mereka yang tergabung dalam organisasi tertentu ditebar kebeberapa titik pusat kota yang terbilang ramai untuk mendapatkan hasil yang banyak. Bahkan yang lebih menyayangkan lagi sebagian kecil dari mereka adalah anak-anak dibawah umur, dimana yang seharusnya mereka mendapatkan masa kanak-kanak yang menyenangkan terpaksa harus turun ke jalanan yang semata-mata hanya demi kepuasan oknum-oknum tertentu.

Untuk menekan lonjakan bisnis mengemis ini, pihak pemerintah sendiri sudah melakukan razia kebeberapa titik yang disinyalir menjadi tempat para pelaku bisnis tersebut melakukan aksinya, dan melakukan pendataan terhadap mereka. Selain itu, pemerintah juga menempelkan spanduk larangan memberikan uang kepada pengemis dan pengamen. Hanya saja apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah terkesan kurang efektif. Hal itu terbukti dengan tidak berkurangnya ledakan bisnis mengemis di beberapa kota besar di Indonesia.

Pada dasarnya fenomena ini terjadi tidak terlepas dari minimnya ketersediaan lapangan kerja dan kurangnya kesadaran dari masyarakat sendiri. Minimnya lapangan kerja di zaman yang serba mahal ini mendorong mereka untuk menjadikan mengemis sebagai bisnis instan yang menguntungkan. Kurangnya kesadaran dari masyarakat sendiri menjadikan bisnis baru ini sebagai peluang untuk memperkaya diri dengan hanya meminta-minta tanpa harus bekerja keras.

Setiap tahunnya lonjakan pengemis tidak mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk menekan lonjakan tersebut dibutuhkan sekali adanya penyuluhan sosial terhadap masyarakat, dimana penyuluhan sosial tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat yang dimungkinkan dapat mengubah perilaku mengemis yang mereka jalani. Dan dibutuhkan kesadaran bersama dari masyarakat untuk memberikan sedekah kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan agar sedekah yang diberikan tidak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Selain itu, di zaman yang serba mahal ini dibutuhkan juga lapangan kerja yang dapat menampung mereka agar nantinya mereka tidak menjadikan aktifitas mengemis sebagai bisnis, dan memilih pekerjaan yang lebih laiak untuk keberlangsungan hidup mereka.

Tidak ada komentar untuk "Fenomena Mengemis Jadi Bisnis"